Chapter 4
MY SCRAP SISTER
Story by
KajitaniChinatsu
Alex POV
1 hari setelah aku pulang. Kali ini Kak Natasha dan Kak Fuma
akan datang hari ini, karena mereka masih mengurus pekerjaan mereka. Katanya
juga, sebenarnya Kak Fuma sudah mendapat agency baru, dan kini ia akan mengurus
single terbarunya. Ia resmi keluar dari agency lamanya sekitar 3 hari lalu,
setelah insiden tersebut.
Saat aku hendak turun menuju ruang TV, tiba – tiba tanganku
sudah ditarik seseorang. “Eh non! Sini sebentar deh!” bisik pembantu rumahku
tersebut. pembantuku ini namanya Minah, tapi kita sering manggil dia Mbok
Minah. Usianya sekitar 30 tahunan. Dia sudah bekerja di rumah ini cukup lama,
jadi kita menganggap Mbok Minah seperti keluarga kita sendiri.
“Ada apa Mbok?” tanyaku sambil mendekati Mbok Minah. Ia
menyeretku dibalik pintu dan mulai cerita.
“Itu non, Non Natasha sudah pulang
ya? Wah sekarang sudah besar banget dia!” katanya sambil menunjuk kea rah Kak
Natasha yang sekarang sedang ngobrol dengan Papa dan Mama. Aku melihatnya yang
dikatakan oleh Mobok Minah, dan ternyata benar Kak Natasha sudah datang bersama
Kak Fuma. Oh iya aku sempat lupa! Mbok Minah pertama kali melihat Kak Natasha
saat Kak Natasha kelas 1SMA, dan waktu itu yang ngajak Omku ke Jakarta.
“Oh iya Non!” aku menoleh sambil menunggu perkataan dari
Mbok Minah. “Itu to? Calon suaminya Kak Natasha?” tanya Mbok Minah sambil
menunjuk kearah Kak Fuma. “Iya Mbok! Emangnya kenapa?” tanyaku.
“Ternyata orangnya guanteng ya? Lebih guanteng dari suaminya
Non Nia!” katanya yang mungkin sekarang, ia sedang memandingkan wajah suaminya
Kak Nia, Thomas dengan Kak Fuma. Aku hanya menatap Mbok Minah dengan aneh. “Wah
ternyata Non Natasha hebat bener bisa dapat cowok guanteng melebihi suaminya
Non Nia. Coba kalo Mbok ini masih muda dan durung nduwe suami, wah bisa – bisa
sekarang ini sudah benar – benar jatuh cinta”
Aku tertawa kecil mendengar celotehan Mbok Minah. Terkadang
Mbok Minah ini bisa melantur kemana – mana. Tapi aku juga berpikir. apakah
seganteng itukah? Aku coba membayangkan saat Mbok Minah saat pertama kali
melihat suaminya Kak Nia, Thomas. Sukanya memuji Thomas terus, tapi kali ini
benar – benar heboh. Mungkin kali ini Mbok Minah benar – benar jatuh cinta.
“Oh iya Mbok, tas koper itu milik siapa? Kak Natasha?”
tanyaku sambil menunjuk 1 koper besar dan 1 tas tenteng yang cukup besar.
“Bukan Non! Itu punya Bapak karo Ibu” katanya dengan memakai bahasa Jawa.
“Mama, sama Papa? Emangnya mau pergi kemana?”
“Katanya sih mau ke Surabaya. Ada kerjaan selama beberapa
hari, nah sekarang mereka bahas tentang minitip rumah.” Aku langsung menatap
kedua orang tuaku, Kak Natasha dan Kak Fuma.
“Oh ya Natasha, hari ini kita mau berangkat ke luar kota
selama beebrapa hari. Mau tidak kamu bantu Mama?” tanya Mama sambil tersenyum
“Bantu apa Ma?” tanya Kak Natasha heran. Sebelum Mama sempat
bicara, aku langsung keluar sambil berteriak. “Loh Mama sama Papa pergi
kemana?” tanyaku sambil pura – pura mengucek mataku. “Oh kamu sudah bangun
sayang… Mama sama Papa akan berangkat ke Surabaya, ada bisnis Papa disana, dan
Mama sekalian mau reunian” kata Mama sambil mengacak – acak rambutku.
“Jadi kamu rukunlah dengan Kakakmu dan pacarnya, dan Natasha
tolong jaga rumah ya?” kata Mama sambil membawa tasnya lalu berjalan kearah
mobil. Saat Mama dan Papa pergi, aku langsung menatap 2 orang yang ada
disampingku. “Awas ya kalau kalian buat keramaian, ataupun acara di rumah ini.
Siap – siap aku laporin Mama Papa” kataku sambil menatap 2 orang yang sedang
melihat – lihat rumah.
“Diem saja kamu! Anak kecil sok banget!” Kata Kakaku sambil
menjulurkan lidahnya kepadaku. Wah nih anak sudah dikasihani gak dibalingin ke
orang tua, masih saja ngledek. Awas aja ya!
Aku memalingkan muka dan berjalan ke kamarku sambil
meninggalkan mereka berdua. Sampai dikamar aku mencari dress yang diberikan
oleh Yuka. Cukup lama untuk mencarinya. Saat aku menemukanya, aku langsung
mencari Mbok Minah. “Mbok Minah!!” teriakku sambil berjalan mencari Mbok Minah.
“Ada apa Non?”
“Gini nih, baju gue robek, bisa gak Mbok Minah betulin?” aku
memberikan bajuku kepada Mbok Minah. Mbok Minah segera mencari enang dan jarum,
lalu ia melihat robekan mana yang terdapat dibajuku. Cukup lama aku menunggu,
sebelum Mbok Minah keluar dengan dress yang kmasih belum dijahit. “Loh Mbok kok
belum dijahit sih?”
“Maaf Non! Saya gak bisa njahitnya! Benangnya harus khusus
dan memerlukan mesin menjahit kalau njahitnya” kata Mbok Minah sambil memberikanya
kepadaku “Emangnya kenapa sih Non, kok suruh njahit baju itu? Kan bisa beli!”
“Gak bisa Mbok! gue sudah njanji pakai baju ini saat
pertunanganya Kak Natasha, karena baju ini pemberian temanku yang ada di
Jepang. Ia bakalan datang ke acara tersebut” Mbok minah hanya ber-oh ria sembelum
berkata “Maaf ya Non!”
“Gak papa Mbok! Tapi cari dimana ya tukang jahit?”
“Ah jangan cari tukang jahit!”
“Terus cari siapa dong? Tukang Pom Bensin?!”
“Yee si Non ini ada – ada aja! Ya enggak lah!”
“Terus ke siapa?” Mbok Minah terlihat berpikir sejenak, lalu
berkata “Oh iya! Ke teman Non yang rumahnya dekat sini saja Non!”
“Siapa?”
“Itu loh Non! Yang jadi teman debat Non! Masa lupa sih?” aku
mengingat – ingat kembali temanku yang dekat sini. “Oh Banci Kaleng itu!
Christian?”
“Hussssh.. Non! Gak boleh bilang begitu! Masa Mas Christian
Banci sih?”
“Ya habis dia penampilanya paling cetar sendiri sih!”
“Tapi dia keren loh! Aku diberitahu sama orang – orang sini,
dia jago olahraga! Seperti bebrapa hari yang lalu, saat Non pergi. Mas
Christian katanya juga ikut tanding sepak bola dengan komplek sebelah, dan
akhirnya kompleks kita menang. Katanya juga sih, habis lihat Mas Christian
main, anak komleks sebelah jadi suka sama dia Non!”
“Yaampun Mbok! Kalau itu mah gue udah tau! Disekolah, dia
juga banyak disukai. “ tapi yang kukatakan itu benar. Walaupun gayanya aneh
menurutku, semua murid cewek suka denganya, apalagi Miss Perfect di sekolahku.
Tapi aku sempat berpikir, emang dia ganteng banget ya? Menurutku sih orangnya
ganteng. Kalau di animasikan tuh cowok kayak tokoh utamnya di permaianan
Persona 4 persis dengan gaya rambutnya. Kalau di jadikan dunia aslinya, dia itu
mirip dengan artis yang memerankan film jepang Runway Beat, nama pemainnya
kalau tidak salah Koji Seto, ia memaranin sebagi Biito “Beat” Mizorogi. Dia itu
benar – benar KW2-nya lah. Dari gaya dia pakaian, rambutnya, sama – sama
memiliki cita – cita designer, dan parahnya lagi tuh cowok mukanya persis
plekk, dengan pemain aslinya, cuman dia itu orang jepang, sedangkan Christian
itu Tiongha – Jawa (Awal ketemu kupikir dia orang Manado, tapi Mamanya juga
keturunan Manado)
“Nah terus, kenapa Non Alex bilang Mas Christian banci?
Padahal menurut saya biasa saja tuh!”
“Haduh Mbok… masa Mbok gak pernah lihat sih, dia itu sering
pakai celana dobelan rok hitam kemana – mana tau gak?!” kataku sambil mengingat
– ingat gaya penampilanya yang menururtku sangat aneh, sampai – sampai adik
perempuanya juga menganggap serupa.
“Yaampun Non! Masa Non gak tau sih! Yang dipakai sama Mas Christian
itu penampilan kayak budaya pakaian laki –laki di Skotlandia. Masa Non kalah
tau sama saya sih?”
“Iya – iya…” kataku tertawa kecil lalu berbalik badan menuju
kamar. “Loh Non, gak jadi?” cegat Mbok Minah. “Jadi apa?”
“Jahit baju Non!”
“Haduh Mbok… mana mungkin tuh anak satu mau mbetulin baju
gue! Toh kita sering tengkar terus.”
“Gak salahnya nyoba Non. Dari pada Non ngecewakan teman
Non?” aku berpikir sebentar. Benar juga! Kalau aku gak pakai baju dari Yuka,
dianya bakalan marah. “Ya awes deh… terpaksa gue..” gumamku, lalu bersiap –siap
pergi menuju rumah Christian. Saat hendak ke ruang tamu, aku sempat bertanya
kepada Mbok Minah “Loh Mbok, mana Kak Natasha?”
“Oh Non Natasha? Dia
barusan pergi sama Pak Sukri, dan pacarnya. Katanya sih dai ingin putar
– putar Jakarta” hah? Putar – putar Jakarta, kenapa Pak Sukri gak cegat,
padahal jam seginikan sedang macet – macetnya, tapi gak apalah, biar mereka
rasain, hidup di kota metropolitan di Indonesia.
Aku-pun berpamitan kepada Mbok Minah, lalu pergi ke rumah
Christian. Rumahnya tidak jauh dariku. Hanya beda 2 rumah dariku. Tidak
beberapa lama, aku telah sampai dirumahnya yang cukup besar tapi tidak
mnonjolkan kemewahan karena keluarga ini orangnya sederhana kecuali Christian,
itu menurutku sih.
TingTong…
Aku menkan bel rumah tersebut, sambil berdoa ‘Jangan sampai
Christian yang buka’, tapi doaku ternyata tidak dikabulkan, yang membukanya
adalah Christian “Heh! Nagapian lo kesini? Kurang kerjaan lo?”
“Weitts… woless aja keles…” kataku sambil melipat tangan di dada.
“Mau lo apa?”
“To the point-nya aje ye.., gue minta tolong lo benerin baju
gue, bisa?”
“Hah? Benerin baju lo? Emangnya gue tukang jahit? Kalau
benerin baju lo mendingan cari tukang jahit aja!” katanya lalu segera menutup
pintunya. Aku langsung mencegatnya dan berkata “Plisss, gue gak tau cari tukang
jahit yang mana? Bantuin gue dong sekali ini aja…”
“Enak aja! Pokonya enggak!”
“Plisss dong!!” kataku memohon, dan masih mempertahankan
ganggang pintu agar Christian tidak menutupnya. Sebenarnya aku juga ogah mau
minta betulin bajauku, sampai memohon, tapi aku benar – benar gak tau cari
tukang jahit dimana.
“Loh Christian, ada apa?” tanya seorang wanita yang keluar
dari rumah tersebut lalu memandang anaknya. Wanita itu juga melihatku, lalu
berkata dengan senang “Oh ada kamu Alex? Ada apa? Tadi tante dengar tentang
jahit – jahit baju, emangnya kenapa bajumu?” tanya Tante Vanya, Mamanya
Christian.
“Ini nih tante, baju saya sobek, terus saya minta tolong
sama Mbok Minah, tapi Mbok Minahnya juga gak bisa. Lalu aku mau cari tukang
jahit gak tau yang mana, akhirnya aku kepikiran sama Christian, solanyakan dia
suka bikin baju tuh.” Kataku, lalu Tante Vanya menatap Christian dengan muka
sedikit marah “Christian, jangan gitu dong! Masa ada cewek yang minta bantuanmu,
kamu malah nolak sih. Bantuin gih…” katanya sambil menyuruh Christian
membutulkan bajuku. Iapun mengambil bajuku dengan terpaksa, iapun segera
langsung kekamarnya dengan muka cemburut.
“Maaf ya Alex, terkadang Christian sukanya begitu..” kata
Tante Vanya sambil mempersilahkan aku masuk dan duduk di ruang TV.
“Gak apa apa kok Tante!” Jawabku. Tante Vanya ini adalah
sahabat Mama, sejak SMA. Jadi tidak salah kalau Tante Vanya sudah nganggep kita
itu bagian dari keluarganya.
“Oh ya bagaimana liburanmu di Jepang? Menyenangkan?” aku
menghela nafas, sambil berkata “Malah mebosankan..”
“Kenapa?”
“Aku hanya tinggal di rumah (Kak Fuma) Kak Natasha
sendirian, karena Kak Natasha tidak bisa menemaniku jalan – jalan, katanya sih
karena pekerjaan.”
“Oh begitu.. tapi mau gimana lagi, toh orang lagi kerjakan?
Tidak bisa diganggu. Oh ya tante bawa minum, sama pudding ya. Tante lagi membuatnya”
Aku mengangguk lalu menatap layar TV.
Cukup lama menunggu Christian untuk menyelesaikannya. Karena
aku penasaran, dan khawatir, ‘jangan – jangan dia apa – apain baju gue’. Aku
hendak berdiri dan berjalan menuju kamarnya, tiba – tiba ia langsung datang
sambil baju kearahku. “Nih baju lo! Pantes aja robek, yang penggunanya aja
kayak begini” katanya sambil menatapku dengan tatapan mengejek.
“Enak aja! Yang nge-robek bajuku itu Kakak-ku tau!”
“Walaupun kakakmu yang merusakan, tapi tetap aja kamu gak
pantes pakai baju beginian.”
“Apa yang lo katakan?” Tante Vanya langsung melerai kami
saat ia membawakan pudding, dan minuman baut diriku. “Sudah – sudah, jangan
berantem. Christian jangan katakana begitu sama perempuan. Perempuan itu punya
hak untuk memakai baju apapun” kata Tante Vanya, Christian malah hanya
memalingkan wajahnya dan menatapku. Aku langsung mejulurkan lidahku. Tampaknya
ia sedikit kesal.
“Kalau begitu, kamu coba” kata Tante Vanya sambil menatapku.
“Apa?”
“Coba aja! Kamu buktikan aja! Sekalian tante juga lihat,
bisa saja Christian menjahit bajumu, dengan ukuran tidak pas”
“Iya coba dulu! Toh gak mungkin cukup, karena habis pulang
dari Jepang. Bisa ajakan kamu bertambah gemuk” sahut Christian yang membuatku
tambah jengkel.
“Enak aja! Gue coba nih!”
“Kalau begitu kamu ganti di kamar mandi situ.” Aku langsung
mengangguk, lalu menuju kamar mandi, dan berganti baju. Setelah beberapa menit,
akhirnya aku keluar dengan memakai baju yang diberikan Yuka.
“Yammpun kamu cantik sekali, Alex” kata Tante Vanya yang
pertama kali melihatku. Christian masih membuang muka. “Christian coba lihat!”
sahut Tante Vanya, sambil menata rambutku yang sekarang aku urai. “Cih, paling
– paling tetap je…” ia memotong kalimatnya sendiri saat ia melihatku.
Kali ini ia hanya mematung saat memandangku. Katanya aku
tetap jelek kalau pakai baju ini, buktinya ia sekarang terpesona denganku,
dasar cowok aneh!.
Tante Vanya langsung berdeham untuk membuyarkan lamunan
Christian. Christian langsung tersadar dan salah tingkah “Cih menurutku biasa saja!” katanya sambil
membuang muka. Aku hanya tersenyum kecil, lalu meminta Tante Vanya untuk
kembali memakai baju pergi kembali. Setelah selesai ganti baju, Tante Vanya
memberikan satu wadah cukup besar yang isinya Pudding kepadaku.
“Nih, Tante kasih kamu dan Kakak kamu. Oh iya tante boleh
tanya?”
“Iya ada apa Tante?” tanyaku sambil menerima Pudding
pemberian Tante Vanya.
“Kok tumben kamu minta tolong benerin baju dress.
Biasanyakan kamu tidak terlalu suka dengan dress.”
“Oh itu. Itu sebenarnya pemberian teman saya, dan saya ingin
pakai saat acara pertunangan Kak Natasha.”
“Hah? Natasha mau tunangan?”
“Iya”
“Kalau begitu, Tante titip salam ya” aku mengangguk, dan
berjalan menuju pintu keluar, sebelum itu Christian mencegatku dan berkata
“Hei, ada imbalanya loh! Awas?!
“iya…!” kataku sambil berpamitan dengan Tante Vanya kecuali
Christian. Aku berjalan pulang dengan cepat karena hari sudah sore. Saat berada
di depan rumah, terasa kali ini rumah
menjadi ramai. Jangan – jangan Kak Natasha berbuat sesuatu. Akupun langsung
menuju rumah, saat memegang ganggang pintu terdengar, suara tertawa didalam sana.
Pasti disana ada tamu.
Aku membukanya dan berkata “Aku pulang!” saat aku melihat
siapa aja tamunya aku langsung tertegun. “Loh Alex sudah pulang?” tanya Kak
Natsha sambil tersenyum. Aku melihat tampang – tampang yang jadi tamu Kak
Natasha, sebagian sudah pernah kulihat, tapi cuman satu orang yang belum pernah
aku lihat sebelumnya.
“Oh jadi kamu yang namanya Alex. Domo!” kata cewek itu
sambil membungkuk. “Oh iya, kenalin itu teman kantorku, sekalian sahabatku,
namanya Rina Nakajima.” Aku langsung menunduk kepala dan dengan segera menarik
tangan Kak Natasha menuju ke ruangan yang lain. “Apa sih maksud Kakak? Kenapa
ada mantang tim kerja Kak Fuma disini, lalu kenapa ada teman Kakak disini?”
bisiku kepada Kak Natasha.
“Mereka kesini pingin datang ke acara pertunganku, itu
saja!”
“Yakin?” tanyaku dengan tatapan sisnis kea rah Kak Natasha.
“Err.., itu sebenarnya ada lagi, mereka akan nginap dirumah
kita selama 2 hari” katanya sambil tersenyum seolah tidak terjadi apa – apa.
Aku langsung menepuk dahi, tanpa berkomentar. “Tapi tenang aja, aku sudah
bilang ke Mama, dan Mama menyetujuinya, karena dirumah kita masih ada kamar
tamu tersisa.” Aku hanya menghela nafas, dan menatap Kak Natasha. “Terserah
Kakak deh! Yang penting awas saja kalau bikin kekacauan, bisa -bisa bukan Kakak
yang kena, tapi jadi aku yang kenak” kataku, lalu berjalan menuju kamar, tiba –
tiba Kak Natasha mencegatku dan berkata “Kamu mau ikut – tidak? Kita akan ada
acara Barbekyu loh!”
“Tidak makasih..” kataku singkat lalu, beranjak pergi kekamar.
Setelah sampai dikamar, aku langsung merbahkan tubuhku dan tidur.
Normal POV
“Natsu-san!” kata Shori sambil menghampiri Natasha “Ada apa
Shori?”
“Dapur dimana ya?”
“Dapur?”
“Iya mau cuci tangan” Natasha langsung menunjuk kearah dapur
dan berkata “Masuk aja disitu, disitu sudah dapur, dan ruang makan” Shori
mengangguk lalu berjalan kearah dapur.
Shori berjalan menuju wastafel lalu membasahi tisu, dan
duduk di kursi meja makan. Ia menarik bagian bawah celana jeansya. Terlihat
lembab di bagian pergelangan kakinya. Ia langsung membasuhnya dan sekali kali
memijat kakinya, dan terkadang ia harus menahan sakit tersebut.
“Kamu sedang apa?” tanya Alex tiba – tiba yang muncul dari
pintu ruang makan. Shori langsung menutup kembali luka tersebut dengan celana
jeansya “Aku sedang cari air putih” Alex melangkah menuju dispencer dan
mengambil 2 gelas air putih. Ia kembali melangkah menuju Shori dan memberikanya
1 kepadanya.
“Arigatou..” Alex tidak menjawab iya langsung duduk disebelah
Shori.
Shori tampak melihat sekilas menampilan Alex. Rambut sangat
acak – acakan, dengan baju kaos, dan celana basket. Tampak juga muka Alex yang
masih setengah sadar dari tidurnya.
“Kakimu kenapa?”
“Hah?”
“Kakimu” Alex menunjuk kaki Shori yang Shori pegang. “Eh..,
bukan apa – apa kok!”
“Bohong! Aku lihat tadi kamu meringis gitu! Cepat tunjukan”
kata Alex datar. Shori akhirnya membuka lembab dikakinya tersebut kepada Alex.
“Tunggu sebentar” Alex beranjak pergi dan mengambil obat - obat-an. Beberapa
menit kemudian Alex datang, dan duduk kembali sambil mengangkat kaki Shori
diatas lututnya.
“Ini lembabnya sudah lama ya?”
“Iya, kamu tau dari mana?”
“Aku pernah mengalaminya” jawab Alex sambil membuka tutup
botol minyak, lalu meletakannya ditangan Alex.
“Auuuww!! Bisa pelan gak sih?!”
“Hei! Kamu mau cepat sembuh gak sih?” Shori terdiam, lalu
menatap Alex yang sedang memjiat kakinya, terkadang ia harus menahan rasa
sakitnya. Setelah beberapa menit Alex telah selesai memijatkanya, dan menyuruh
Shori menggerakan kakinya.
“Eh! Sudah tidak sakit lagi” kata Shori terkejut lalu
menggeraka kakinya yang sekarang sudah bebas digerakan. “Walaupun sudah bisa
digerakan, tapi saat digunakan berjalan lumayan sakit, jadi istirahatlah kakimu
selama sehari, baru besok kamu bisa gunakan untuk berjalan”
Shori mengangguk mantap dan berkata “Arigatou Gozaimasu!”
“Oh iya satu hal lagi…” kata Alex sebelum hendak pergi
“Jangan paksakan tubuhmu, setelah Fuma-san tidak ada lagi di grup-mu! Tubuhmu
itu perlu diperhatikan” lanjutnya sambil berjalan.
“Tunggu!”
“Apa?”
“Pijatanmu bagus banget, kenapa tidak buka jasa pemijatan?”
“Dasar Aneh..”
Alex hanya menatap Shori aneh, lalu pergi meninggalkan
Shori. Saat Alex telah kembali kekamarnya, Shori tersenyum melihat baying –
baying Alex, lalu kembali berdiri, dan menuju kehalaman belakang sebelum teman
– temanya mulai mencarinya.
Pagi Hari…
“Selamat pagi Non Natasha!” sapa Mbok Minah sambil meletakan
sarapan pagi di meja makan. “Pagi juga” kata Natasha sambil tersenyum lalu
melanjutkan makananya. “Tumben bangunya pagi Non? Mau pergi ya?”
“Iya nih, mau pergi cari hotel untuk teman – teman.”
Jawabnya sambil meminum teh. “Oh ya? Mana Alex?”
“Jam segini sih seharusnya sudah bangun, dan nonton TV dulu,
tapi kok belum bangun – bangun juga, apa aku bangunin aja ya?” kata Mbok Minah
sambil beranjak pergi kekamar Alex, tapi tidak jadi karena orang yang barusan
dibilang sudah datang dengan terburu – buru.
“Pagi Mbok!!” kata Alex sambil belari menuju meja makanya
dan duduk. “Loh Non, kok sudah pakai baju seragam sih? Bukanya jam setengah 7
berangkatnya?”
“Ada rapat dikelas” kata Alex sambil meminum susu dengan
cepat dan memakan 1 roti saja. “Makanya jangan
cepat – cepat Non, nanti keselek loh!” kata Mbok Minah sambil mendekati
kearah Alex “Dilihatin sama teman – temanya Non Natasha juga loh! Apa Non gak
malu?”
“Gak ada waktu malu – maluan. Gue benar – benar telat!!”
teriak Alex saat melihat jam di tanganya dan beranjak berdiri sambil mengambil
kunci sepeda motor.
“Non!”
“Apa?!”
“Non mau berangkat pakai sepeda motor?”
“Ya iyalah Mbok! Pakai kendaraan apa lagi? Bajaj? Telat
gue!”
“Bukan itu! Tapi itu!” kata Mbok Minah sambil menunjuk ke
rok abu – abunya Alex. “Ada apa dengan rokku?”
“Masa Non pakai sepeda motor pakai rok sih?”
“Hah?!” Alex sekali lagi melihat roknya. Ia baru sadar kalau
ia harus memakai celana dulu baru pakai rok saat tiba disekolah. Alex langsung
menepuk jidatnya lalu meletakan kembali kunci motornya, dan kembali kekamarnya
untuk ganti celana.
“Ada apa Mbok?” tanya Natasha penasaran. “Biasalah Non! Anak
remaja sekarang” Natasha hanya memanadang heran lalu melanjutkan makanya.
Alex kembali dengan celana yang dipakainya dan tas yang
dicaklongin di bahu kananya. Ia langsung mengambil kunci motor dan berpamitan
kepada Mbok Minah, lalu berpamitan dengan Kak Natasha sambil bersalaman.
Klarena Kak Natasha belum mengerti ia menanyakan maksud tersebut.
“Oh iya! Kamu masih belum menjadi ibu – ibu ya! Kalau begitu
gue berangakat dulu!”
“Naik apa?”
“Sepeda Motor!”
“Sepeda Motor?” cukup lama Natasha berpikir sebelum ia
berdiri dan berteriak. “Alex!!”
“Non Natasha sabar…” kata Mbok Minah sambil menenangkan
Natasha.
“Mana Alex?”
“Udah berangkat Non. Emangnya kenapa?”
“Kenapa dia naik motor ke sekolah? Apalagi naik sepeda motor
Kawasaki?! Dia itu perempuan Mbok! Kan dia bisa naik angkutan umum?” tanya Alex
memakai bahasa jepang. Mbok Minah hanya menatap bingung, dan berkata ala
kadarnya.
“Ya tidak apa – apa Non! Toh Bapak juga mengijinkan, asalkan
jangan ngebut. Kalau naik kendaraan umum jadinya dia telat, toh Non tau sendiri
ini bukan Jepang, tapi disini sudah wajar kalau murid bawa kendaraan, apalagi
cewek pakai sepeda motor besar”
Natasha hanya menghela nafas, lalu melanjutkan makanya. “Ada
apa? Semuanya baik –baik saja?” tanya Marius penasaran “Semuanya baik saja kok,
tapi aku benar – benar tidak bisa berpikir jalan pikiran anak Jakarta”
“Yah mau gimana lagi, ini bukan Tokyo.” Kata Kento sambil
melanjutkan makananya “Hmm.., tapi aku suka makanan disini” lanjutnya sambil
tersenyum. “Benar! Orang sini lebih memakai rempah – rempah” kata Rina, yang
merempukan saudara sepupu Kento. “Ini namanya apa?” tanya Sou sambil
melanjutkan makananya.
“Itu Soto Ayam, kalau yang dimakan sama Shori, itu Ayam
dengan bumbu santan kelapa. Oh iya gimana masakanya Shori, enak?”
Shori hanya menatap Natasha, lalu mengangguk kecil dan
melanjutkan makananya.
“Ada apa Fuma? Kau termenung” tanya Kento sambil berbisik.
Fuma cepat – cepat keluar dari lamunanya, dan berkata agar tidak terlihat bahwa
ia melamun. “Ie… Oh ya tadi aku lihat
Alex potong rambut ya?”
“Potong rambut?” tanya Natasha heran lalu bertanya kepada
Mbok Minah “Kapan Alex potong rambut?”
“Potong rambut?” tanya Mbok Minah juga heran, lalu ia
akhirnya mengerti yang dimaksud Natasha. “Oh Non Alex tidak potong rambut,
hanya poni. Katanya dia ingin ganti penampilan saja.”
“Siapa yang potong poninya?”
“Non Alex sendiri”
“Emangnya dia bisa?”
“Yah Non, jangan mengejak Non Natasha” kata Mbok Minah
sambil menuangkan air ke gelas Natasha.
“She is style mode from she’s class.
Dia itu terkenal banget di kalangan teman – temanya selain dia dulu juluki Miss
Cupid, yang sekarang sudah berhenti karena faktor belajar.” Kata Mbok Minah
dengan bahasa Inggris yang sangat lancer. “Loh Mbok Minah bisa bahasa inggris?”
“Tentu saja bisa! Dulu itu saya bolak balik menang lomba
speech English saat saya duduk di bangku SMP, tapi faktor keuangan keluarga
saya, makanya saya hanya bisa lanjutin sampai SMP, tapi berkat Bapak sama
Ibu,dan juga Non Alex, sama Non Nia, saya bisa berhasil sampai level tertinggi,
dan lulus di tempat kursus bahasa inggris.” Jawabnya sambil tersenyum bangga.
“Oh iya Non Natasha gak tau ya, kalau perias Non siapa?”
“Emangnya siapa?”
“Non Alex sendiri, katanya Ibu, suruh Alex saja, karena ia
masih repot dengan saudara – saudarinya yang ingin di make up saat hari
pertunangan Non. Oh ya saya permisi dulu” Natasha hanya mengangguk kecil, lalu
memikirkan perkataan Mbok Minah. ‘Emangnya dia bisa merias? Bukanya anakanya
tomboy?’. Natasha hanya menggeleng – gelang kepalanya. Ia masih belum mengerti
semua hal tentang keluarganya.
Kali ini Alex belari sekuat tenaga, walaupun saat itu
keadaan sekolah masih sepi sekali, masih segelintir murid yang datang. Alex
langsung mengecilkan larinya saat tiba didepan pintu kelasnya, lalu masuk
menuju 2 temannya yang sekarang berada didepan kelas.
“Maaf gue telat…” Cowok berkacamata tersebut hanya berkacak
pinggang. “Kali ini gue maafin, nah sekarang cepat kerjain tugas lu!”
“Tugas? Bukanya ada rapat?” tanya Alex heran. Penasaran
sahabatnya, Aneke mengirim pesan bahwa hari ini ada rapat tentang festival
sekolahnya. “Tidak ada! Bukanya kemarin… oh iya gue baru ingat lu barusan
pulang dari Jepang!” kata cowok tersebut sambil menepuk jidatnya. “Oh iya Alex
oleh – olehnya mana?” kata cewek yang sedari tadi ada disamping cowok tersebut.
“Ye… oleh –oleh doang lu pikirin… Oh iya hasil rapatnya
gimana? Gue tetap jadi piñata riaskan?” tanya Alex mendekat Ketua Kelasnya
tersebut. “Iya sih, kamu masih tetap jadi piñata rias tapi…”
“Tapi apa?”
“Hasil kemarin lu tetap jadi piñata rias, tapi lu juga ikut
jadi peserta fashion..” katanya sambil cengar – cengir.
“What?! Bukanya gue
udah minta ke lu kalau lu harus pertahankan gue di penata rias?!”
“Udah gue usahain, tapi kata Bu Ria, semua murid harus ikut,
termasuk yang berada di balik layar” katanya sambil mengacungkan 2 jarinya.
Alex langsung menggeram kepada ketua kelasnya. “Ih.. sudah – sudah, tapi lu
masih syukur lu cuman 1 kali tampilnya, apalagi pasanganmu paling enak.” Kata
cewek yang ada disebelah ketua kelas sambil menata rambutnya didepan kaca
lipatnya.
“Pasangan?”
“Iya! Ada yang cuman 1, ada yang berpasangan” lanjutnya
tanpa memalingkan wajahnya dari cermin.
“Emangnya siapa pasangan gue?”
“Lu jangan marah dulu ye, soalnya bukan panitia yang milih,
tapi Bu Ria” bisik ketua kelas, Alex mengangguk lalu mempertajamkan
pendengaranya. “Pasangan lu itu…”
“Iya…”
“Pasanganmu..”
“Iya…”
“Grrr, lama banget lu! Pasanganmu itu Christian tau!” kata
cewek yang berponi lurus tersebut sambil mendorong ketua kelas ke belakang
hingga terjungkal. Alex hanya terdiam beberapa detik, lalu tertawa garing.
“Hahaha, yang bener aje lu! Lu bohong kan!”
“Benaran tau! Bu Ria mengatakanya dengan gembira saat
mengucapkan nama kalian!” kata ketua kelas sambil mendekat kelarah Alex “Iya!
Padahal kita sudah usahain, tapi Bu Ria malah ngotot!”
“Yang benar saja!”
“Alex, selamat datang didunia neraka FansGirl-nya Christian”
kata Cewek itu sambil memukul pundak Alex, tidak mau kalah juga si ketua kelas
juga member wejangan “Sampeyan ora opo – opo kok.” Alex hanya menatap 2 teman
sekelasnya dengan tatapan membunuh.
“Nah dari pada termenung begitu, mending lu bantu 2 sahabat
sejolimu lagi buat baju, kita dikasih waktu 2 jam untuk membuat baju tersebut,
dan akan dilanjutkan saat istirahat di aula.” Kata ketua kelas sambil mendorong
Alex ke 2 temanya yang sedari tadi menunggunya.
Saat Alex duduk, kedua temanya langsung mengatakan “Maaf ya,
aku baru bilang sekarang” kata cewek berambut pendek shagy tersebut, yang bernama
Grace. “Maafkan aku juga ya, tentang SMS kemarin” kata cewek berambut lurus
panjang tersebut, yaitu Aneke. “Dari pada kalian minta maaf, mendingan kalian
cari cara menghindar dari cewek – cewek centil itu!” kata Alex sambil menatap
kedua temanya dengan pasrah.
“Mbok ini foto keluarga?” tanya Fuma saat mengambil foto
yang lumayan besar yang berada disamping TV. “Loh Mas Fuma gak ikut?” tanya
Mbok Minah sambil menyapu di ruang TV. “Eh Tidak Mbok. Aku kurang enak badan”
kata Fuma berbohong. “Oalah, oh iya foto yang dipegang Mas Fuma memang foto
keluarga.” Kata Mbok Minah sambil melihat foto tersebut. “Ini siapa Mbok?”
tanya Fuma sambil menunjuk cewek berambut gelomban, dan cowok berparas Mexico –
Inggris. “Oh itu, kalau yang cewek itu Kakak paling tertua namanya Non Nia,
kalau disampingnya itu suaminya namanya Thomas. Mereka baru nikah kurang lebih
3 tahun. Nah foto ini diambil saat setelah hari pernikahanya, sayangnya Non
Natasha pas itu langsung pulang ke Jepang.” Kata Mbok Minah sambil menyapu
lantai.
“Oh begitu…”
“Oh iya Mas! Mas ketemu sama Non gimana kejadianya?” tanya
Mbok Minah penasaran, saat Mbok Minah melontarkan pertanyaannya, tiba – tiba
HPnya Mbok Minah berdiring, dengan segera MBok Minah langsung pamit, dan
mengangkatnya di ruang dapur.
Fuma yang langsung melihat kesempatan tersebut, langsung
naik ke lantai 2, dan menuju kamar yang dulu Natasha pakai hingga kelas 2 SMP
tersebut. Fuma masuk dengan pelan. Ia menatap kamar tersebut dengan sesakma,
lalu melihat sebuah tape recoder tergeletak di meja belajar. Dengan iseng ia
mengambil, dan memutar tape recoder tersebut.
‘Tanggal 21 Febuari
tahun 20XX…’
“Ini catatan harian ternyata..” gumam Fuma singkat lalu
mendengarkan kembali suara tape recoder yang mendegarkan suara gadis remaja
yang tampak sedih. ‘Huuuaaa…. Gue sedih
banget…!!!’
Fuma langsung tergelonjak mendengar teriakan Natasha yang
masih remaja tersebut. ‘’Ini anak
ternyata tidak berubah’’ kata Fuma dalam hati. ‘Di hari dimana semua pasangan merayakan hari Valentine cuman gue yang
patah hati dan termenung kayak orang gila di kamar sendirian doang…’
‘Pasalnya kemarin
cowok gue terang – terangan selingkuh didepan mata gue saat hari Valentine.
Bayangkan coba! Cowok gue malah nganggap gue itu seolah bukan siapa – siapanya
lagi, dan malah meninggalkan gue sendirian, padahal gue cinta mati sama dia!
Huaaaa….’
Fuma yang mendengar tersebut sedikit sedih. “Bisa – bisanya cewek ini punya
pengalaman cinta yang kelam”
‘Padahal gue, gue..
udah ganti penampilan untuknya, gue juga ganti hobby untuknya, tapi sekarang
dia malah mencampakan aku, dan tambah parahnya lagi hari ini dia bilang ke gue
kalau gue cuman di manfaatin, dasar cowok BRENGSEK!’
Beberapa detik suaranya tidak terdengar. Fuma menunggu
dengan pendengaran yang sangat tajam. ‘Mulai
hari ini gue Natsha, gak akan pernah jatuh cinta sama namanya cowok, dan
membatasi dinding dengan cowok. Dan sekarang gue Phobia yang namanya cowok,
jadi selamanya gue benci COWOK!!’
Bunyi tape recorder berhenti. Fuma masih terdiam melihat
tape recoder tersebut. ia melayangkan ingatanya saat – saat dulu.
“Apakah kamu punya
pacar, dulu?” tanya Fuma dengan seragam SMPnya. “Kenapa kamu bertanya begituan,
apalagi kenapa kamu disini, tidak latihan koreografi? Bukanya kamu artis”
sekarang mereka berada dia atap sekolah
“Sekarang sedang tidak
ada”
“Terus mau nagapain
disini, dan ngapain kamu tanya begituan?”
“Cuma penasaran,
soalnya sudah satu tahun kamu disni, kamu selalu menjaga jarak dengan cowok”
kata Fuma mencoba mendekati Natsu, atau nama jepangnya Natasha pada saat itu.
“Jangan coba – coba dekat denganku!” teriak Natsu sambil bergeser menjauhi
Fuma. “Kamu belum menjawab pertanyaanku”
“Aku memang dari dulu
tidak punya pacar. Kenapa?! Jangan coba – coba godain aku! Aku bukan seperti
siswi – siswi yang lain!”
“Aku memang bukan
untuk menggodmu, tapi mau bertanya…” Kata Fuma coba terus mendekati Natsu.
Natsu tetaps menghindar dari tatapan Fuma, dan menggeser tubuhnya. “Apakah kamu
Phobia dengan cowok?”
Dan saat itu juga
Natsu terdiam ditempatnya. Beberapa menit kemudian ia langsung berteriak
“Baka!!” Natsu segera turun dari atap menghindar dari Fuma. Fuma yang melihat
tingkah laku Natsu pada saat itu hanya
tersenyum kecil, walaupun terbesit tanda tanya besar dipikiranya.
Tinnt… Tinnt…
Suara klackson mobil terdengar, berarti Natasha sudah
mengantarkan teman – temanya ke Hotel. Fuma dengan segera meletakan tape
recoder tersebut ke tempat asalnya, dan segera turun ke bawah.
“Mbok bantu aku angkat barang ini ya..” kata Natasha sambil
memberikan beberapa tas ke Mbok Minah. Natasha kembali lagi mengambil barang
bawaanya, menuju ruang keluarga dengan susah payah. “Sini kubantu…” seulur
tangan besar memegang tangan Natasha. Refeleks Natasha langsung melepaskan
tangan tersebut, dan tanpa disadari juga bawaanya juga ikut jatuh, tapi untung
Fuma dengan sigap memegangnya.
“Kamu masih tidak terbiasa kalau dipegan sama cowok?” tanya
Fuma dengan sinis. “Sudah kubilang jangan menyentuhku diluar saat kita akting,
dan kuingatkan lagi saat akting jangan pernah lama – lama menyentuhku.” Kata
Natasha sambil mengangkat kembali barang bawaanya.
“Kalau kamu begini terus, kamu jadi anti dengan cowok loh”
“Itu bukan urusanmu!” kata Natasha sambil melewati arah Fuma
dengan cepat. Kali ini Fuma hanya terdiam. Biasanya dia akan mengerjai Natasha
sampai akhirnya mereka berdua berdebat, tapi kali ini berbeda. Fuma kali ini
mengurungkan niatnya karena mendengar buku harian itu tersebut.
~~~~~~~~~~~~~~
Chinatsu : lanjut chapter 5!
Komentar
Posting Komentar