Chinatsu: Aku mengambil cerita ini dari Fictionpress.com miliku. aku ingin menyoba menaruh ceritaku di Blogku. jadi selamat membaca!
Terkadang cinta itu terlalu ribet. Kamu menyukai seseorang
karena kamu membutuhkan status, atau khayalanmu, tetapi sebenarnya itu masalah
sangat besar, apalagi kamu harus berbohong kalau kamu mempunyai pacar, atau
tunangan apalagi kamu mau nikah karena hal yang mendesak. Kali ini aku bukan
menceritakan diriku, tetapi Kakak Perempuanku yang benar – benar GILA!. Dan
inilah ceritanya.
MY SCRAP SISTER
Story by Kajitani
Chinatsu
||
Chapter 1
Hwuunnggg…..
Terdengar suara pesawat yang mau landing di Bandara Narita,
Jepang. Aku sekarang berada di depan ruang tunggu untuk penjemputan. Aku
mengambil HP Iphone-ku, lalu memencet salah satu nama untuk-ku telpon.
“Halo…” terdengar
jawaban dari seberang telpon tersebut, aku langsung menjawab tanpa memberi
kesepatan kepada sang penjawab untuk berbicara. “Kak Natasha! Lama banget sih!
Gue udah nunggu disini sampai berjamur tau gak!”
“Ayumi tolong pakailah bahasa jepang” jawab Kakaku dengan
suara lembutnya. Dia memang sudah lama tinggal di Jepang, makanya ia sedikit
lupa dengan bahasa Indonesia, apalagi bahasa gaulnya. Dia sudah tinggal di
Jepang dari kelas 2 SMP dengan Om-ku sampai ia bekerja sekarang. Ia sekarang
tinggal di apartemnnya sendiri sejak kelas 2 SMA, karena Keluarga Om-ku harus
pindah ke London karena suatu pekerjaan. Awalnya Papaku meminta Kakaku kembali ke
Indonesia, tetapi rasanya Kakaku menyukai hal tentang Jepang, makanya ia menolak
dan tetap tinggal di Jepang dengan menetap di Apartemenya.
“Kakak tolonglah jangan memanggil nama jepangku, dan
pakailah Bahasa Indonesia, karena Kakak tau sendirikan gue ini turis…” jawabku
dengan bête, sambil duduk diatas koperku. Terdengar desahan dari sana, mungkin
ia tidak suka kalau kusuruh memakai Bahasa Indonesia, padahal dia lahir dan
hampir sebagian besar ia hidup di Indonesia. Dasar gak cinta Indonesia!.
“Oke – oke! Baiklah Alexandra…”
“Alex!”
“Baiklah Alex, bentar lagi aku akan tiba. Oke jadi jangan
marah - marah denganku” katanya sambil menutup sambungan telponnya. Aku
menghela nafas sekali. Ia belum berubah, sama seperti dulu, menggampangkan
semua hal.
Aku menunggu beberapa menit sambil melirik jam tanganku.
Benar – benar lama sekali. Apakah dia menyetir mobil seperti nenek – nenek. Aku
tau kalau Jepang itu tidak terkenal macet seperti di Jakarta, tetapi ini sudah
hampir 1 jam lebih, ia juga belum datang.
Saat aku hendak menaruh kembali HPku disaku celana, aku
melihat Kak Natasha belari menuju karahku, aku mengangkat tanganku sedikit agar
ia melihatku, tetapi sia – sia saja, Kak Natasha melewatiku seolah aku bukan
kerabatnya, aku berteriak memanggil Kak Natasha. Ia menoleh lalu menatapku
sambil berjalan kearahku.
“Kak Natasha jahat banget sih! Masa’ gak kenal sama adiknya
sendiri!” Kataku sambil berkacak pinggang, ia hanya tertawa, lalu membantuku
membawa barang – barangku. “Maaf, aku terakhir melihatmu saat aku duduk dibangku
kelas 1 SMA, tapi ngomong – ngomong…”
Kak Natasha memandangku dari ujung kaki sampi ujung kepala,
seakan aku ini adalah pegawai baru yang mau dites kembali kerapianya. “Kamu
bertambah tinggi ya! Saat terakhir aku bertemu kamu, kamu hanya seleherku,
sekarang kamu melebihi diriku, mungkin 2 atau 3 cm”
Aku hanya memutar bola mataku lalu berjalan duluan sambil
membawa barang – barangku. Kak Natasha tidak berkomentar apa – apa, malah
memberi intruksi kepadaku arah menuju mobil. Setelah sampai di mobil, aku
menatap Kak Natasha, Kak Natasha yang merasa dilihatin, kembali menatapku dan
bertanya didalam tempat duduk kemudinya.
“Apa?” tanya-nya sambil menghidupi mesin mobilnya. “Lo
tampak aneh” Kak Natasha langsung ketawa mendengar perkataanku, yang mukin baginya
blak – blakan. “Ada yang aneh?” tanyaku akhirnya. Kak Natasha menggeleng lalu
berkata sambil tersenyum “Kamu jangan bilang seperti itu. Kamu baru menemuiku
setelah beberapa tahun” katanya sambil ketawa kecil.
“2 minggu yang lalu, Gue dan Bokap, eh maksudku Papa
menerima telpon dari salah satu temanmu katanya ini mengenai dirimu.” Setelah
aku berkata demikian, raut wajahnya tampak menegang, seolah ia hamper ketangkap
basah.
“1 tahun yang lalu, Nyokap, eh maksudku Mama memberikan
kabar baik bagi keluarga, katanya kamu sudah memiliki pacar, terus 4 bulan yang
lalu Mama mengabariku dan Papa kalau kamu mau menikah, tetapi…”
Aku sengaja memotong kalimatku untuk melihat reaksi Kak
Natasha. Kak Natasha kali ini sangat tegang dibalik kemudinya, ia hanya
berkosentrasi menyetir tanpa menatapku sama sekali. “Temanmu itu menceritakan
kalau kamu sudah gila! Temanmu sudah hampir putus asa karena kamu mau mengikuti
biro jodoh tersebut karena Mama. Aku tau, 3 tahun yang lalu Kakak akan
dijodohkan dengan anak teman kerabat Mama, tapi Kakak menolaknya, dan bilang
secepatnya Kakak akan menemukan pacar, tetapi Kakak membohongi kami semua!. Kak
tolong jelaskan!”
“Sudah Alex hentikan!” sanggah Kak Natasha yang gak kuat
mendengar perbuatanya dari mulutku, ia tetap memasang wajah tegangnya. Aku
masih tidak percaya dan tetap berkata “Kak! Ceritakan! Apa kakak bohong karena
kakak iri dengan pernikhannya Kak Nia?!”
“Sudah Cukup!” teriaknya sambil menepi di jalan tol lalu
mengehentikan mobilnya. “Apa kamu sudah gila?! Kakak sudah mengatakanya bahwa…”
“Kak cukup…, katakan sejujurnya saja Kak. Aku datang kesini
emang awalnya berlibur, tetapi tujuan asliku karena Kakak membohongi kita
semua, aku mau kepastian saja.”
Kak Natasha menyenderkan badanya ke belakang agar lebih
nyaman. Ia menatap langit - langit mobil lalu berkata. “Yang kamu katakan
benar. Awalnya aku hanya berpura - pura,
tetapi kepura - puraan itu tambah berlanjut hingga menjada mala petaka bagiku.
Aku memang sedikit iri dengan Kak Nia, tetapi bukan itu penyebabnya, aku benar benar tidak suka dijodohkan, tapi itu semua
terlambat.”
“Terlambat? Maksud lo?” Kak Natasha kembali menghidupkan
mesin mobilnya lalu menjalankan kembali. “Acara pertunanganya sudah disiapkan
oleh Mama” Aku langsung membelalakan mataku kepada Kak Natasha. Apa? Kenapa
Nyokap gak pernah bilang ke gue maupun Papa.
“Apa Mama tidak membritahumu?” Aku langsung menggeleng
“Tidak sama sekali! Termasuk Papa juga. Mama Memeberitau kalau kamu mau nikah.
itu saja, tidak lebih tidak kurang. Kak Nia juga diberitau juga seperti itu,
tetapi panjang lebar, karena kamu tau sendirikan kalau Mama saat menelpon Kak
Nia di Los Angeles?”
Kak Natasha hanya tersenyum masam mendengar ceritaku. “Apa
Kakak tidak menolaknya?”
“Maunya, dengan alasan masih rencana, tetapi Mama memberitauku
kalau acara pertunanganya sudah siap saat menelponku” Aku langsung melongo
mendengar perkataan dari Kak Natasha. Yang benar aja! Nyokap sudah menyiapkanya
sebelum Kak Natasha tau. Memang sih bukan salah Nyokap juga, tetapi gue
kadang kadang gak bisa menalri sifat
nyokap yang sifatnya seperti kekanak – kanakan.
Selama beberapa menit kami hanya berdiam, aku sempat melirik
kearah Kakaku. Ia masih tetap santai sambil mengendari mobilnya. Aku menghela
nafas, semoga dakmpaknya tidak kena ke aku.
~O~O~O~
Jam menujukan pukul 3 siang, Kak Natsha saat ini sedang
berada dikantornya. Sebelum ia pergi dan mengembalikan mobil pinjaman, ia
mengatakannya kepadaku “Aku akan
memberitau kepada Mama kalau itu semua bohong, jadi jangan cemas oke?”
Jangan cemas? Yang benar aja. Aku betaruh, pasti dia tidak
bisa bilang seperti ia bilang ke aku, dan pasti dia akan melibatkan banyak
orang. Benar – benar orang yang sangat santai.
Aku mengambil topiku, lalu membuka google map, kata Kak
Natasha dekat sini ada café langgananya, karena penasaran akhirnya aku ingin
mencobanya, dan untungnya saat ini aku benar – benar lapar. Aku keluar dari
apartemen kakaku, lalu menguncinya dan pergi keluar.
Saat berada diluar, baru kali ini aku bisa berjalan jalan tanpa menggunakan mobil, coba aku jalan jalan di Jakarta tanpa mobil atau sepeda, aku
pasti bakalan tidak mau pergi. Pakai mobil atau sepeda motor aja aku males
karena macetnya setengah mati.
Akhirnya aku terfokus kembali pada Google Mapku, lalu
mengikuti letaknya. Kalau tidak salah café –nya berada didaerah sini. Setelah
aku berjalan cukup lama, akhirnya aku telah sampai café yang pernah disebut
oleh kakaku.
Saat aku masuk banyak sekali anak sekolahan yang sedang
makan disini, dan saat aku lihat di Google Map, café ini memang dekat dengan 2
atau 3 sekolah, jadi tidak aneh hampir semua pelanggan disini adalah anak
sekolahan.
“Selamat siang! silahkan duduk disini” kata salah satu gadis
pelayan itu sambil menunjukan tempat duduk dengan ramah. Ia memberikan menu
kepadaku saat aku duduk. Aku melihat semua menu tersebut, lalu aku mengatakanya
“Aku pesan Iced Coffe 1, lalu aku mau pesan… pudding ini saja” kataku dengan
memakai bahasa jepang lalu menujuk salah satu makanan kepada pelayan tersebut.
Pelayan tersebut tersenyum lalu mencatatnya, dan menyuruh menunggu sebentar.
Sambil menunggu sebentar aku melihat tingkah anak sekolahan
Jepang. Mereka tidak jauh beda dengan anak nongkrongan di Indonesia, jadi lucu
lihatnya.
Aku sempat melirik salah satu pelayan tersebut menunduk
kepada beberapa murid cowok yang menerutku anak berandalan. Ku-lihat salah satu
anak tersebut memaki – maki pelayan tersebut, sambil menujuk kearahku,
tiba tiba datang seorang pelayan
menengahi pertengkaran kecil tersebut, ia sempat menunduk, lalu tiba - tiba
pelayan itu menatapku sebentar, lalu berkata kembali dengan gerombolan anak
berandalan tersebut. ia melangkah kearahku, lalu ia tersenyum dan berkata
“Maaf, bisakah kamu pindah ketempat yang lain, karena tempat duduk ini sudah
dipesan”
Aku sebenarnya mengerti orang ini katakan, karena dari kecil
aku juga mempelajari bahasa jepang, tanpa sepengetahuan Kak Natasha, tetapi aku
pura - pura tidak mengerti perkataanya, seolah aku memang turis asli, tapi
emang aku turis asli.
“Excuse me, you can
speak in English?” Cowok yang mungkin sebaya denganku ini langsung
mengangguk lalu berkata “Sorry, can you move?, because the place is already
booked”
“Tidak, terima kasih! Temanmu sudah mepersilahkan-ku duduk
disini, seharusnya kamu memberi tanda kalau tempat ini sudah dipesan” kataku
yang masih tetap menggunakan bahasa inggris.
“Saya minta maaf, tapi tempat ini sudah dipesan
sebelumnya..” katanya sambil tersenyum kepadaku. Aku merasa tidak suka dengan
senyumnya, senyumnya itu seperti memaksaku untuk pindah, tapi aku tetap dengan
pendirianku. Sebenarnya aku mau – mau saja pindah, tapi aku tidak suka karyawan
sini memperlakukan turis asing seperti ini.
“Tapi saya tetap tidak mau. Saya sudah duduk disini.
Seharusnya kamu sebagai pelayan bertagung jawab, dan memberikan tempat lain
kepada pelanggan, bukanya menyuruh orang asing pergi.” Kataku ketus kepada
pelayan tersebut.
Pelayan tersebut mendekat kepadaku lalu berbisik dengan nada
lebih menyeramkan dari pada yang tadi.
“Kau membuat keputusan yang salah, kalau
aku jadi kamu aku akan melakukan yang disuruh oleh pelayan tersebut”katanya
dengan memakai bahasa jepang. aku berpura – pura membuat tanda tidak mengerti
lalu berkata “Speak in English…”
Cowok itu menegakkan kembali tubuhnya lalu menunduk meminta
maaf, lalu kembali kepada pelanggan tersebut, sedikit perkelahaian terjadi tapi
cowok tersebut hanya menerima dengan santai, pada akhirnya gerombolan anak
tersebut memaklumi dan akhir duduk ditempat lain.
Sepintas kulihat cowok tersebut menatapku dengan dingin, aku
tak menanggapinya, aku hanya menikmati pesananku sambil mendengarkan music di
earphoneku.
~O~O~O~
“Alex, bagaimana cafénya? Bagus bukan?” kata Kak Natasha
sambil memotong bahan – bahan masakan untuk makan malam nantinya. “Biasa saja”
“Eh?! Kenapa?!” aku tak menjawab pertanyaan dari Kak Natasha, aku hanya
menikmati lagu yang ada di earphoneku.
“Alex?”
“Iya?”
“Bisakah kamu membeli daging di supermarket, ternyata Kakak
kehabisan daging ternyata” aku hanya menghela nafas lalu bangkit berdiri,
sambil mengambil jaket dan hendak pergi keluar. “Alex, kamu masih ingatkan
supermarketnya?”
“Iya! Aku pergi dulu!” kataku lalu menutp pintu dan segera
turun dari apartemen mewah tersebut. aku berjalan sambil menedengarkan lagu
KOTAK, sembari bergumam sendiri melawati jalan menuju Supermarket. Saat sampai
aku langsung mengambil keranjang, dan menuju kearah tempat ditaruhnya daging
tersebut, setelah mengambilnya, aku menuju kasir dan mengantri dibelakang orang
yang sudah duluan membayar.
Cukup lama aku harus menunggu orang tersebut membayar,
karena orang tersebut ternyata masih bercakap – cakap dengan penjaga kasir
tersebut. aku ingin berteriak kepada cowok ini, benar – benar tidak tau diri
banget.
Tiba – tiba sang kasir menghentikan obrolanya lalu menatapku
yang berada di belakang orang yang barusan jadi lawan bicaranya “Ah maaf-kan
aku, aku tak melihatmu. Satoshi, cepat minggir ada pelanggan mau bayar.” Cowok
yang dipanggil Satoshi tersebut menoleh kearah belakang untuk melihat pelanggan
tersebut, ternyata café owok yang ada didepanku ini adalah pelayan yang ada di café
tersebut. Aku langsung meletakan barang belanjaanku ke kasir tanpa menoleh
kearah cowok tersebut. cowok yang bernama Satoshi ini melihatku dengan tatapan
dingin.
“Hei Satoshi, jangan kamu pelototi pelanganku, bisa kabur
dia! Tapi tumben kamu begini kepada cewek..” katanya sambil bercanda lalu
mencatat harga pada computer. “Ini cewek yang kumaksud…”
Cewek yang dimaksud? Berarti nih cowok sedang bicarain aku.
Benar benar dah…
“Jadi nih ceweknya, tak kusangka senyuman mautmu tidak
mempan dengan adiknya Natsuki-chan”
“Adiknya Natsuki-san?”
Mampus aku! Aku lupa kalau tadi siang sebelum ke apartemen
aku ke supermarket lalu aku dikenalkan
sama temanya Kak Natasha yang kerja disini, dan aku baru ingat kalau Kak
Natasha itu juga kenal semua pelayan direstoran tersebut. aku benar – benar
lupa hal itu.
Aku langsung memberikan uang kepada kasir tersebut, biar
cepat - cepat bisa pergi dari sini, tapi
si tukang kasir menghentikanku dan berkata “Dimana kakakmu?”
“Hah?” Aku langsung memiringkan kepalaku. Orang ini ngomong
memakai logat mana sih? Kansai atau apa?. “Ah maaf, kamu tidak bisa berbicara
memakai bahasa jepang ya?” katanya sambil memakai bahasa inggris lalu tersenyum
kepadaku “Dimana Kakakmu?” tanya-nya kembali
“Apartement” kataku singkat, tiba - tiba pintu supermarket terbuka, aku melihat
orang yang membuka pintu tersebut, ternyata Kak Natasha yang datang. Mungkin ia
sedikit khawatir kepadaku karena tidak kunjung datang.
“Ah kau rupanya disini…” kata Natasha dengan memakai bahasa
Indonesia. Ia menghampiriku lalu bertanya “Apakah kamu sudah selesai
belanjanya?”
“Sudah. Ayo pergi!” ajak-ku, tapi orang yang bernama Satoshi
ini mengajak berbicara kepada Kak Natasha. “Natsuki, ini adikmu?” tanya-nya
dengan memakai bahasa Indonesia juga. Ternyata orang ini juga bisa bahasa
Indonesia rupanya. “Iya, apakah kamu sudah kenalan dengan dia?”
Cowok itu diam sebentar lalu berkata “Belum, tapi ia sudah
mempermalukanku didepan teman – temanku”
“Benarkah?? Eh jadi pelanggan yang kamu nmaksud itu” Kak
Natasha menatapku dengan tanda tanya, aku langsung memalingkan wajahku “Kak ayo
pulang!”
“Hei Ayumi!”
“Alex!”
“Iya – iya, jangan marah begitu dong!” katanya sambil
menaruh tanganya di dada. “Kalau begitu aku pulang dulu ya!” kata Kak Natasha
sambil melambaikan tangan. “Tunggu!” Satoshi berjalan kearahku, lalu ia berkata
“Hei aku masih dendam denganmu!”
Aku menatapnya degan tatapan sinisku, bisa bisanya ia memperlakukan seorang perempuan
seperti ini, padahal saat kulihat di café tadi ia memperlakukan pelanggan yang
lainya seperti tuan putri. “Eh…, Satoshi, kami pulang dulu ya…” kata Kak
Natasha sambil menarikku keluar supermarket.
Saat sampai di aprtemen Kak Natasha bertanya macam macam kepadaku, dan semuanya memakai bahasa
jepang, aku yang tak mau mendengarnya langsung menyetop pembicaraan Kakaku yang
satu ini. “Gue ngantuk! Besok ada tes online disekolahku! Kamu tau kan gue
bolos gara – gara Kakak” kataku lalu memasuki kamar. Kakakku mencegat tapi sayang
aku sudah benar – benar dikamar dan mendengarkan musik.
~O~O~O~
“Selamat Pagi…” kata Kak Natasha sambil memberikan makanan
kepadaku, aku langsung duduk dan berdoa, lalu memakanya. “Enak tidak?” aku
menatap Kak Natsha lalu melanjuti makanankun “Lumayan..”
“Kok lumayan sih?” Aku hanya mengangkat bahuku saja tanpa
melihat tingkah kakakku yang kenak – kanakan. “Mau kemana? Bukanya kakak hari
ini libur?” tanyaku saat melihat baju yang dikenakan Kak Natasha. “Mau ke café
langgananku, aku mau ketemu dengan seseorang” katanya sambil bangkit bediri.
“Kalau kamu mau mengambil kertas atau bolpoin, ambil aja di
meja kerjaku. Aku berangkat dulu. Daa!!” katanya sambil mengambil tasnya lalu
pergi meninggalakanku.
Setelah selesai makan, aku membersihkan meja makan, dan
mengambil laptop yang ada dikamarku, setelah melihat jadwal ulangan onlinenya,
aku pergi kekamar kakak untuk mencari kertas dan bolpoin untuk mencatat ujian,
sebenarnya minggu depanada ulangan, tetapi gara - gara Kak Natasha, Papaku
meminta ijin kepada kepala sekolah, selama 2 minggu, dan untungnya aku
diijinkan karena aku lumayan berprestasi jadinya aku diijinkan, apalagi
sekarang sekolahku memiliki Ulangan online dan pelajaran online bagi murid yang
tidak masuk, jadi tak masalah.
Aku kembali mencari kertas dan bolpoin di meja kerja
kakakku, aku akhirnya mencari kembali di laci belajar. Saat mencarinya aku
menemukan kertas dan bolpoin, tetapi di bawah kertas tersebut ada suatu kertas
yang sangat mengganjal. Aku langsung mengambilnya dan membacanya.
“Surat Perjanjian…” aku tidak sengaja memotong perkataanku
sendiri saat membaca kalimat terakhirnya. “Pernikahan Palsu?!” aku langsung
membaca semua surat isi perjanjian tersebut, setelah selesai,a aku langsung
mengambil kertas dan bolpoin, tak lupa surat perjanjian tersebut. aku langsung
kekamarku dan berganti baju, lalu aku langsung pergi ke kafe tersebut dengan
membawa tas laptop dan laptopku.
Aku berpikir Kakaku benar – benar sudah gila! Sejak kapan
sudah ada surat seperti ini, kenapa dia membohongi lagi, aku benar – benar
tidak bisa berpikir jernih. Saat sampai
disana aku langsung disambut hangat oleh salah satu pelayan disana.
Pelayan tersebut mempersilahkan aku duduk dimana saja, akhirnya aku duduk di
belakang tempat Kak Natasha dan seorang laki - laki dengan memakai kacamata
hitam dan memakai topi berwarna biru. Aku duduk 1 bangku setelah tempat Kak
Natasha dan orang tersebut itu duduk.
Sambil aku bersembunyi dari buku menu, aku mencoba
mempertajam indra pendengaranku.
“Natsuki-chan, kau sudah menyetujui perjanjian tersebutkan?”
tanya-nya, aku semakin mempertajam pendengaranku. “Sudah, tapi aku lupa
membawanya. Kalau begitu aku segera mengambilnya” kata Kak Natasha sambil
bangkit berdiri. “Tidak perlu, kau sudah menempati perjanjianmu jadi itu tidak
perlu lagi, karena aku punya satunya dirumah.” Katanya santai sambil meminum
kembali.
“Apakah rencana kita berhasil, Kei-chan?”
“Jangan terlalu cemas, kitakan sudah berteman sejak dari
SMP”
Jadi pacar palsu Kak Natasha adalah teman SMP-nya. Aku benar
– benar tidak mengerti, kenapa Orang itu mau, apalagi Kak Natasha sudah pernah
mengatakan kepadaku kalau dia akan bilang ke Mama.
Saat aku masih berkosentrasi dengan pikiranku, tiba tiba aku mendengar suara yang pernah aku
dengar. “Mau pesan apa?” aku langsung menoleh keorang tersebut, dan ternyata
“Kamu!” Satoshi yang melihatku juga tampak sedikit terkesut, tapi ia langsung
memasang muka bête kepadaku. “Ngapaian kamu kesini? buka-“ aku langsung menutup
mulutnya dan menariknya duduk disebelahku.
“Jangan berisik!” kataku sambil memberi tanda agar dia
segera diam atau bisa pergi. “Ngapain sih kamu? Kamu mau jadi mata – mata
Kakakmu?”
“Ssst! Bisa diam gak sih? Ini antara hidup atau matiku dan
Kakaku tau! Jadi kalau tidak keberatan bisakah kamu pergi!” suruhku sambil
melirik kearah 2 pasangan tersebut. “Hei cewek egois! Aku tidak mau pergi”
“Hah?! Kamu masih dendam dengan hal yang kemarin? Bisakah
kamu pergi? Please!”
“No! aku bakal-“ aku langsung menutup kembali mulut besar
satu ini, dan mendengar percakapan anatara Kakakku dengan orang tersebut.
“Ingat kontrak kita hanya 1 tahun, jika diantara kita saling jatuh cinta
bakalan ada malapetaka” kata orang tersebut sambil menatap Kak Natasha. “Tenang
saja! Aku bakalan tidak jatuh cinta denganmu, kamu tau pernikahan itu benar –
benar gampang, seperti yang kamu katakan” kata Kak Natasha sambil tertawa. Aku
melihat tidak ada keraguan di matanya.
Aku langsung bediri, sambil mengambil surat perjanjian itu.
Dia pikir apa tentang pernikahan?. Tak semudah yang dijalanin, walaupun aku
masih kecil, tetapi aku sudah banyak mendengar dari Mama dan Papa akan
pernikahan, apalagi aku banyak menangani soal percintaan di sekolahku, karena
aku adalah Miss Cupid di sekolahku.
“Hei, kamu mau kemana?” tanya Satoshi, aku tak
menghiraukanya dan tetap terus berjalan kearah Kakakku duduk. Saat aku berada
diantara mereka, Kak Natasha melihatku lalu tersenyum, mungkin dia belum tau
kalau aku mengetahui semuanya, coba aku memberitahunya pasti mukanya langsung
menegang seperti batu.
“Oh kamu Alex, kenapa kamu ada disini?”
Aku tak menghiraukan perkataan Kakaku lalu menatap orang
tersebut. “Kak! Kakak Bohong kepadaku!”
“Apa maksudmu? Jelas – jelas…” aku langsung mengeluarkan
surat perjanjian tersebut didepan mereka berdua, sontak mereka berdua langsung
membeku ditempat. “Apa maksudnya? Kakak berbohong lagi padaku?”
Aku melihat Kak Natasha mau menjawab dengan tergagap “Bukan
be…, begitu, itu…”
“Kak Natasha! Ceritakan semuanya! Atau tidak gue akan
melamporkanya kepada Mama Papa. Apa Kakak mau hah?” Kak Natasha langsung sontak
berdiri, tentu juga dengan orang yang jadi pacar palsunya. Semua pelanggan
menatap kami, tapi aku tak peduli, aku harus mencari kebenaranya.
“Ceritakan!!” tekanku sambil menatap Kak Natasha, kali ini
Kak Natasha benar benar tidak bisa
berkutik lagi.
~~~~~~
Chinatsu : Selesailah chapter 1-nya. Fiuh…, aku sangat lega
cerita ini selesai. Aku mendapat ide cerita tersebut saat membaca sebuah novel.
Well, emang sedikit susah membuat cerita dari sudut pandang orang pertama pelaku sampingan (kenapa jadi ngomongin hal pelajaran BI T_T), tapi aku senang menulisnya.
Baiklah sekian dulu note dari author, jika ada Typo mohon maaf. Mohon Reviewnya
:D
Update : Chapter 2
Update : Chapter 2
Komentar
Posting Komentar