Chapter 2
MY SCRAP SISTER
||
Story by
KajitaniChinatsu
Normal POV
Alexandra atau yang dipanggil Alex sedang menatap 2 orang
yang ada didepanya sambil melipat tanganya di dada. Ia memperhatikan kedua
orang itu beberapa menit lalu menghela nafas kemudian. “Jadi bukan Cuma Kak
Natasha yang lagi kebingunagn untuk mencari pasangan ternyata, Seorang artis
ternama Kikuchi Fuma ternyata juga kebingungan.” Kataku sambil membaca buku
yang sedari tadi aku pegang. Kikuchi Fuma atau Fuma hanya tersenyum kecil, lalu
meminum kopinya. Topi, dan kacamata yang sedari ia pakai sudah ia lepaskan,
karena kafe ini sudah tutup saat pukul 5 sore.
“Cuma gara – gara foto yang tidak sengaja saat diambil waktu
kebersamaan kalian saja, dibuat heboh, sampai – sampai harus kawin kontrak?”
tanya Alex geleng – geleng. “Bukan itu juga, 1bulan yang lalu, kakakmu ini
membeli rumah, dan ternyata oknum yang menjual tersebut juga menjual rumah
kepadaku, pada saat itu kakakmu masih menabung, aku langsung membelinya, lalu 1
minggu kemudian kakakmu membelinya, karena oknum tersebut mencari keuntungan,
ia menipu kakamu harus membayar 1/4-nya, dan saat itu terjadi, akhirnya kita
tinggal bersama…” kata cowok beramut brownie susu tersebut dengan entengnya.
Cowok keturunan Jepang setengah Indonesia , karena diwarisi oleh nenek dari
ayahnya, kembali meminum kopi hangatnya.
Alex hanya menatapi tidak percaya, lalu ia bertanya “Terus
apartemen yang kita tinggali itu…”
“Besok lusa, kakamu sudah harus pindah…” Alex langsung
menatap Kakaknya tidak percaya. “Kamu sudah dengar sendirikan aku beli rumah,
dan ternyata aku tertipu. Aku sudah bilang kepada pemilik rumah kalau aku akan
beli rumah, makanya besok lusa kita harus pindah…” kata Natasha sambil memasang
muka melas. Alex hanya menyandarkan badanya lalu menepuk dahinya.
“Astaga…, kenapa seperti di FTV sih?” gumam Alex yang
terdengar oleh kedua orang tersebut. “FTV?”
“
Eh bukan! Bukan apa – apa!” tiba – tiba Satoshi datang
membawakan minum, lalu berkata kepada Fuma dengan memakai bahasa Jepang
“Fuma-san, teman Kakak udah nunggu” katanya sambil member kode.
Alexandra juga baru mengetahui kalau Ayah Satoshi juga
berteman dengan Ayah Fuma, jadi Fuma selalu kesini kalau tidak ada syuting atau
konser. Alex langsung pindah ketempat duduk lumayan jauh, karena ia tidak mau
bergabung dengan pesta kakaknya tersebut. kata Natasha, pesta tersebut diadakan
karena mau kenal lebih akrab dengan Natasha. Sebagian personil yang tergabung
bersama Fuma mengetahui Natasha, sebagian belum, maka dari itu mereka membuat
acara kecil- kecilan.
Alex, menegluarkan Tab 3, lalu ia membuka streaming channel
tv swasta Indonesia. Ia harus menonton pertandingan Sepak Bola yaitu Perseba
melawan Arema. Ia bertaruh Arema, karena semua temanya memilih Perseba, dan
apalagi ia suka dengan klup dari Malang, Jawa Timur tersebut, selain dari
Jakarta sendiri juga. Selain suka dengan klubnya, ia suka dengan Sporter mereka
yang kompak, dan selalu kemana – kemana kalau Arema main, seperti juga saat ia
menonton bersama temanya di Gelora Bung Karno pada waktu yang lalu.
Tiba – tiba Handphone Alex berbunyi, ia langsung mengangkat
dan menjawab, “Halo? Iya! Gue sedang buka nih! Apa? Gue jadi hostnya? Yah… kan
sudah ada hostnya… Eh?! Lebih seru gue? Ya wess… berarti TV kalian volumenya
pada kecilin semua loh! Semua teman – teman sudah disana toh! Siiip!”
Natasha yang bingung langsung mendekati adiknya dan bertanya
“Lagi ngapain sih?” Alex langsung mengangkat telunjuk jarinya ke mulut lalu
berkata “Lagi nonton bola rame – rame sama teman! Ssst!” Natasha hanya
mengangguk sekali lalu pergi menuju arah Satoshi dan Fuma. “Apa yang sedang
adikmu lakukan?”
“Nonton bola bersama teman – temanya. Biasa! Anak remaja”
kata Natasha sambil berbisik lalu mengakat bahunya. Satoshi yang mendengarnya
langsung menyahut “Benarkah? Apakah kamu juga?”
“Err… rasanya tidak. Kamu taukan budaya anak perempuan di
Jepang dengan di Indonesia, apalagi adiku ini tomboy jadi jelas – jelas
berbeda” jawab Natasha sambil memiringkan kepalanya lalu mengingat – ingat masa
remajanya dulu.
Satoshi mendengar bunyi bel, lalu langsung menuju ke
belakang, atau dapur, mungkin teman Fuma sudah datang. Mereka rasanya tidak mau
lewat depan karena mereka seorang artis. Takutnya para wartawan
mengikuti mereka jadi mereka langsung menuju pintu belakang.
Sementara itu Alex sedang asyik ngomong sendiri “Ya! Nomor
punggung 9 dari Arema memegang bola sekarang, yak 2 pemain dari Perseba mencoba
untuk mengepung Bung! Oh sayang sekali.., berhasil dilalui oleh pemain no 9!”
kata Alex bersemangat sambil menirukan para pembawa acara yang biasa dengar di
TV.
Tiba – tiba 4 orang laki – laki masuk dengan hebohnya!. “Yo
Fuma-kun!” teriak salah satu teman Fuma yang sedikit lebih tinggi dari pada
Fuma, ia memberikan salam tosnya kepada Fuma. “Mana pacarmu itu?” tanya Cowok
tersebut, sambil tingak – tinguk. “Oh iya, Kento kamu belum tau ya? Ini dia
pacarnya!” kata salah satu cowok yang lebih pendek darinya menyeret Natasha.
“Domo. Watashi wa Honda Natsuki desu!” kata Natasha sambul menunduk member
salam. “Oh, Nakajima Kento desu!” kata cowok yang bernama Kento sambil
menundukan kepalanya. Setelah Kento member salam, ia langsung berbisik kepada
rekan kerjanya tersebut. “Dia lebih cantik daripada kukira ternyata!” Fuma
hanya tertawa kecil lalu memeluk pinggang Natasha (Ini hanya akting loh!)
“Oh iya, yang disitu siapa? Pelanggan?” tanya salah satu
cowok yang berponi sambil menunjuk Alex. “Oh iya aku sampai lupa. Yang sedang
ngoceh sendiri itu adik saya yang datang jauh dari Indonesia, namanya Alexandra
Joyce Honda, atau biasanya dipanggil Alex”
Alex yang sedari tadi dibicarakan tidak mendengar, dan terus
ngoceh dengan semangat “Ya! Bola dialihkan kembali oleh Gonzales Bung! Gonzales
siap – siap untuk menenadang pukulanya, dan…, dan… Oh sayang sekali Bung!
Meleset jauh…!!!” teriak Alex kecewa sambil tidak lepas menatap monitor Tab-nya
tersebut.
“Apa yang sedang adikmu lakukan?” tanya salah satu cowok
blasteran tersebut sambil memasang muka Innocent. “Dia sedang nonton bola.
Hehe” kata Natasha sambil tersenyum canggung. “Dia terlalu semangat sampai –
sampai mukanya tidak kelihatan karena tertutup topi.” Kata cowok berponi
tersebut berusaha melihat muka Alex. “Dia memang sengaja…” kata Natasha sambil
geleng – geleng.
“Ya bola direbut kembali oleh Gonzales. Dia hampir mendekati
gawang Bung! Ia siap – siap menendang, tetapi mencoba mengecoh lagi, dan bola
dioper oleh temanya, temanya mengoper temanya lagi, dan… sayang sekali bola
diambil oleh lawan Bung! Oh Tidak direbut oleh pemain no 9, dan… GOOLLL!!!!”
Teriak Alex kegirangan sambil melompat dari tempat duduknya.
Saking gembiranya, ia tidak tahu kalau orang yang ada didalam kafe melihatnya
dengan penuh tanda tanya. Saat ia melihat kedepan, ia baru tau kalau teman Fuma
sudah datang.
“Gol! Eh iya! Arema unggul dengan 2 – 1 hehehe. Eh… gue
akhiri dulu yee, soalnya masih ada urusan, nanti BBM gue siapa pemenangnya, daa!!”
kata Alex sambil mematikan hubungan telponya, lalu memasukan Handphone dibalik
saku celana jeansnya.
Alex langsung member tanda kepada kakaknya tentang
‘kenapa-tidak-beritahu-dari-tadi’. Natasha hanya mengangkat bahu, lalu menyuruh
adiknya melepas topi yang sedari tadi melekat padanya. Alex mengetahui tersebut
langsung mencopot topi tersebut, lalu membenarkan kembali ikatan rambutnya.
“Oh iya Alex, ini teman Kakak, diujung sana ada Nakajima
Kento” kata Fuma sambil menunjuk cowok yang sedang minum kopi tersebut. “Ia
adalah leader kita. Lalu sebelahnya center kita Sato Shori” cowok yang berponi
miring itu tersenyum kepada Alex yang membuatnya bukan takjub, melainkan
merinding. “lalu sebelahnya itu Matsushima Sou” cowok yang dipanggil namanya
langsung tersenyum lebar, yang membuat Alex tambah merinding hebat (Chinatsu :
Duh cowok cakep aja kok sambil merinding sih #dipukul Alex) “Lalu cowok paling
termuda, dengan usia 15 tahun, blasteran
Jerman – Jepang, yaitu Marius Yo” Alex kali ini harus membuka mulutnya sedikit,
kali ini bukanya dia terpengaruh dengan mukanya, melainkan gayanya yang
menurutnya hamper seperti cewek, apalagi dengan umur segitu tingginya hampir
melebihi seniornya.
“Ha-Halo..” kata Alex gagap, karena ia tidak tau harus
bilang apa. Alex langsung menghampiri kakaknya sambil berbisik. “Kak, aku
pulang aja ya?”
“Eh kenapa?” tanya Natasha memakai bahasa Indonesia
“Kakak tau sendirikan aku gak suka pesta?”
“Nah terus, kalau kamu pulang, disini cuman aku sendiri yang
perempuan”
“Gak papa wes! Kakak-kan seharusnya seneng-kan dikelilingi
cowok”
“Seharusnya kamu juga senang!”
“Tidak terima kasih! Kalau begitu aku pulang saja deh!”
Natasha langsung mengeluarkan kunci apartemennya sebelum Alex hendak pergi.
“Loh, tapi kuncinya ada di Kakak nih?” kata Natasha sambil memasang muka melas.
‘dasar dari dulu gak pernah berubah’ kata Alex dalam hati lalu duduk disebelah
Shori, karena disebelahnya kosong. “Sudah sana pergi! Pesta sana! Gue akan
nunggu disini, sampai lo puas!” kata Alex sambil menekankan kata Lo-gue kepada
Kakaknya. Natasha hanya tertawa lalu, menghampiri Fuma dan temanya kecuali
Shori yang sedang menatap Alex.
“Ada apa lihat – lihat!” kata Alex sambil menggunakan bahasa
Jepang, kali ini dia sedang Bad Mood karena Kakaknya. “Eh ternyata kamu bisa
bahasa jepang rupanya. Kamu tau cewek itu tidak boleh murung terus, nanti cantikmu
akan hilang.” Kata Shori memalingkan wajahnya lalu meminum the kaleng yang
sudah disiapin oleh Satoshi. “Oh ya? Emangnya menurutmu aku cantik?”
“Menurutku kamu tu bukan cantik, tapi Kawai” Alex langsung
menatap Shori tidak percaya “Hah?! Aku tidak salah dengarkan?”
“Enggak kok! Aku sudah bilang, kalau kamu itu imut, beda
dengan kakakmu” Kata Shori enteng sambil memutar – mutar botol kaleng yang ada
ditangangya. Alex tidak menghiraukan kata – kata Shori dan membenamkan diri
ditumpuan kedua tanganya. ‘Dasar artis! Senangangya tebar pesona!’ gumam Alex
memakai bahasa Indonesia, yang mungkin kedengaran oleh Shori.
“Hei!” Alex tidak menjawab, ia hanya mengangkat kepala
sedikit untuk menunjukan kalau ia mendengar perkataan Shori. “Apa menurutmu,
sebagai adik, mereka cocok?”
“Kenapa kamu bertanya begitu?” tanya Alex yang masih tetap
membenamkan kepalanya. “Kamu tau sendirikan? Terkadang pernikahan seorang artis
itu tidak berjalan mulus kelihatanya.” Alex mengangkat kepalanya lalu melihat
tingkah Kakak Perempuanya dengan seorang Artis yang sedang berakting didepan
teman kerjanya. “Entalah, karena aku sendiri baru – baru ini melihatnya, tapi…”
Alex membuat persegi panjang dari tangannya, yang biasa
sutradara lakukan untuk melihat aktris atau actor dari kaca penglihatanya. Ia
tersenyum simpul lalu berkata “tapi menurutku mereka akan cocok melalui
rintangan yang ada”
Shori menatap Alex sambil bertanya “Oh iya? Kenapa?”
“Karena itu insting dari Miss Cupid”
“Miss Cupid?”
“Yah, teman –teman satu sekolahku yang menjulukiku seperti
itu, karena aku bisa menjodohkan orang tapi tak sembarang orang, dan setiap
klienku, semuanya berhasil” kata Alex lalu memutar badanya, dan membenamkan
kembali kepalanya. Shori menatap Alex sejenak lalu berkata “Miss Cupid ya?
Benar – benar tidak sesuai dengan sifatmu”
“Kamu juga! Saat didepan kamera dan baru berkenalan dengan
orang, kamu memasang muka menyenangkan, eh ternyata orangnya beginian”
“Mungkin kau benar” Alex tidak menjawab, ia hanya terdiam
sambil berpikir agar ia bisa pulang, tiba – tiba ia menemukan ide cemerlang, ia
langsung terbangun, saat Kakaknya hendak mendekatinya, lalu ia memasukan HPnya
didalam saku jaket dan mendengarkan ringtone HP yang biasa ia jadikan nada
dering telpon, ia langsung pura – pura mengangkatnya sambil menatap Natasha “Eh
Papa? Ada apa? Tumben telpon?”
Saat detik itu juga Kakaknya yang sambil memainkan kunci
apartemen langsung menatap adiknya tersebut. “Papa mau bicara sama Kak Natasha?
Tentang kemarin? Kan Papa sendiri yang bilang kalau biar aku yang nyelesainya…
hah? Papa mau bilang suruh Kak Natasha balik ke Jakarta?” Kaget Alex hingga
Natasha harus melototi Alex.
“Papa mau bicara sama kamu” Alex langsung mendekatkan HPnya
ke telinga Natasha, tapi ia tetap tidak mau memberikan HPnya. Saat Natasha
hendak menyapa, tiba – tiba Alex langsung mengambil kunci Apartemen yang
diletakan di meja oleh Natasha, lalu kembali menarik HPnya kembali, dan
langsung lari sebelum ketangkap oleh Kakaknya.
“Alex!!” teriak Natasha mencegat
adiknya pergi. “Kak! Kalau sudah selesai acaranya, telpon aja nati gue yang bukain
deh! Gue balik dulu yo!” teriak adiknya melalui pintu dapur lalu keluar dari
pintu belakang dan langsung lari ke Apartemenya.
“Dia benar – benar bisa mnegerjai
Kakaknya didepan umum!” gumam Natasha sambil berkacak pinggang, lalu kembali ke
tempat Fuma dkk.
Alex POV
Setelah kejadian pesta kecil –
kecilan tersebut, besoknya kami membereskan barang, lalu besoknya lagi kami
berangkat ke rumah Kak Fuma. Aku diberitahu kenapa Kak Natasha ingin membeli
rumah tersebut, katanya dulu itu rumahnya yang punya adalah Mama dan Papa, saat
itu kita Kak Nia berumur 14 tahun(Kelas 8 SMP), lalu Kak Natasha berumur 13(Kelas
7 SMP), dan aku baru berumur 4 tahun harus pindah ke Jakarta, lalu Papa
menitipkan rumah ini kepada orang, dan ternyata orang ini malah menjualnya
untuk mencari keuntunganya. Saat Kak Natasha tau, ia langsung ingin membeli
rumah tersebut. awalnya ia tidak terlalu memikirkan kenapa ia malah dikasih
diskon samapai ¼ harga yang harus ia beli, dan ternyata Kak Natasha baru
mengetahui ternyata, rumah ini yang membeli sepenuhnya adalah teman SMP Kak
Natasha, yaitu Fuma Kikuchi.
Kata Kak Natasha, Kak Fuma
berjanji setelah 1 tahun masa kontrak habis ia akan menyerahkan rumah ini
kepada Kak Natasha. Aku tak habis pikir dengan dua orang yang sekarang tinggal
1 atap denganku, dan aku juga tak habis piker lagi, awalnya saat melihat mereka
berbicara kupikir mereka teman baik ternyata…
“Enak aja! Aku tak bisa
meninggalkan pekerjaanku tau!”
“Hei nona bermulut besar! Jika
kamu keluar rumah seenaknya bakal ada wartawan yang menyelidikmu tau! Emangnya
rencana kita mau gagal disini? Gak kan?!”
“Tapi aku masih ada kerjaan tau!”
“Bukanya kamu Animator?
Seharusnya kamu bisa kerja dirumah?”
Grrr…, itu lagi - lagi! Kenapa
sih mereka berdua itu tidak bisa behenti! Sudah empat hari semenjak Kak Natasha
dan Aku pergi dari apartemen, mereka selalu berantem tiada henti, apalagi
sekarang aku harus mengumpulkan tugas ke email guruku. Masa tenggangnya hari
ini pula!
Aku langsung mengetik tugas itu
dengan cepat, aku gak mau kalau tugasku mendapat jelek, gara – gara 2 makhluk
itu! Saat tambah lama tambah rame, aku langsung menggebrak mejaku tanpa
sengaja, dan keluar dari kamar, dan bediri dip agar tangga. Aku melihat
dibawah, mereka masih bertengkar walapun sudah ada aku.
“Woiiii!!! Bisa diam gak sih??!!”
Kak Natasha dan Kak Fuma langsung menatapku dengan muka masih jengkel. “Kalian
itu kayak anak kecil tau gak! Berantem mulu…, berantem mulu…. Kapan akurnya?!”
“Akur?! Gak Bakalan!” kata mereka
kompak dan masih tetap membuang muka. “Pokoknya awas saja ya kalau sampai
kalian berantem lagi! Gue sikat kalian berdua!” Kataku sambil membalikan badan
dan kembali kekamar.
Saat aku hendak duduk kembali,
tiba – tiba suara barang jatuh terdengar jelas, lalu kebisingan mulai terdengar
lagi. Kali ini aku tidak bisa menahan amarahku, aku keluar sambil membawa pentungan
pos kamling (?) yang entah kenapa aku bisa membawanya ke Jepang.
“Woiii!! Berisik Tau!!! Kalian bisa
diam gak sih?!!! Gue ada tugas ta…”
“Berisik!!” teriak mereka berdua
sambil tetap bertengkar. Kali ini aku terdiam. Baru kali ini aku dikacangin. Oke
kacang larang, kacang larang.
Aku langsung turun kebawah, dan
membunyikan pentunganku(?) tersebut.
Tong…
Tong..
Tongggg
“Diam woi! Kalau kalian tidak
diam, pentungan ini bisa melayang ke kepala kalian!!” teriaku sambil tetap
memukul pentungan tersebut. Kak Natasha dan Kak Fuma sontak menutup telinga
mereka berdua, karena gak kuat mendengar suara pentungan tersebut. masih
mending suara pentungan, dari pada suara Toa saat subuh, yang dapat mengganggu
tidurmu!.
“Alex cukup! Kita bakalan diam”
kata Kak Natasha sambl tetap menutup kuping. Aku langsung menghentikan pukulan
tersebut dan menatap 2 orang didepanku. “Awas saja ya, kalau kalian buat satu
suara yang dapat terdengar olehku, pentungan ini benar – benar melayang. Ingat
itu!”
Aku langsung menodong mereka
dengan pukulanya pentungan lalu kembali ke kamar, dan sat itu akhirnya bisa
sunyi kembali. Akupun duduk dengan nyaman lalu membuka KakakoTalk-ku, ada satu
pesan dari temanku yang berasal dari Jepang.
Temanku ini adalah Yuka Kashiwagi.
Aku kenal denganya saat ia baru pindah dari jepang waktu itu kelas 1 smp, lalu
ia satu kelas denganku dan saat kelas. Saat 3 SMP, ia kembali ke Jepang, karena ayahnya
dipindahkan kembali. Yuka ini awalnya bisa bahasa Indonesia hanya dasarnya,
karena teman –temanku suka dengan sifatnya yang periang, dan tidak kenal
menyerah, akhirnya satu kelas mau membantu Yuka untuk belajar bahasa jepang,
walaupun akhirnya aku jadi guru tetap Yuka, karena teman – temanku hanya
terbatas mereka mengerti bahasa jepang. Dan sekarang Yuka adalah salah satu
sahabatku.
Kali ini dia tetap menghubungiku dengan bahasa Indonesia agar ia bisa lancar. Aku pun membaca Pesan tersebut, lalu memabalasnya. Beberapa menit kemudian ia mengirim balik pesan tersebut.
‘Alex, besok mau-kan temani aku
ke Acara ini..’Aku melihat sebuah foto yang menampilkan sebuah undangan. Bukanya
ini mirip seperti undangannya Kak Fuma, pikirku.
‘Bukanya ini undangan untuk para
Artis saja, apakah orang luar boleh?’
Ting…
Pesan dari Yuka muncul kembali,
dan kali ini ia memakai emoticon yang menurutku ‘sekarang-ia-bisa Alay-ternyata’
‘Gak papa kok! Katanya boleh bawa
teman dekat. Sekalian aku tunjukin teman artisku dan teman rekan kerjaku saat bermain
dorama keduaku. Jadi kamu iku ya!’
Aku baru menyadari kalau sekarang
ia sudah menjadi artis baru yang terkenal. Aku berpikir sejenak, lalu kembali
menulis ‘Baiklah! Oh ya! Soal menginap itu, jadikan. Hanya 2 hari loh!’
Ting…
‘Jadi lah! Emangnya kenapa sih? Bukanya
sekarang kamu gak jadi libur 1 minggu plus tambahan ijin 2 minggu, malah
jadinya libur 1 minggu lebih 2 hari.’
‘Aku tidak berani meninggalkan
Kakakku!’
‘Miyapa?’
Kali ini aku menghela nafas saat
melihat pesan terakhir Yuka. Sejak kapan ia belajar bahasa alay. ‘Pokonya aku
tidak bisa tinggalin deh! Nanti kalau aku tinggalin, dia bakalan membuat onar. Oh
iya sampai disini dulu! Aku masih ada urusan’ setelah selesai mengetik, aku
langsung keluar, dan turun menuju dapur untuk makan malam.
Saat sampai, aku lihat mereka
berdua sudah pada berantem lagi. Aku baru menyadarinya saat hendak menuju ruang
makan. Kali ini yang aku dengar, mereka lagi ngebahas tentang makanan.
“Sampai kapan sih kalian mau
berantem?” kataku pelan sambil duduk, lalu mengambil nasi, dan lauk-pauknya.
Kak Natasha, dan Kak Fuma langsung langsung menatapku, seperti sedang
diintrogasi. “Aku lagi tidak bawa kentungan kok” kataku, lalu melipat kedua
telapak tanganku dan berdoa, setelah berdoa aku langsung makan tanpa meperdulikan
mereka.
“Tidak ada yang lain? Masa makanya
ini – ini aja?” tanya Fuma sambil bertampang cemburut. “He! Kalau mau makan
yang lain, beli sana untuk dimakan! Cuma ini doang kok yang ada Kulkasmu!”
“Kamu beli dong bahan-nya!”
“Bukanya kamu sendiri yang
bilang, tidak boleh keluar rumah, walaupun mau beli bahan – bahan makanan
sekaligus, hah?!”
“Hei, hei! Kalian ini benar –
benar kayak anak kecil aja! Cepat makan!” kataku, lalu aku baru tersadar untuk
bilang ke Kak Natasha “Oh ya Kak, besok aku mau tinggal di rumah teman SMPku
dulu, selama 2 hari”
“Hah?! Kenapa tidak bilang dari
dulu!”
“Aku tidak tau kalau kejadianya
bakal begini!” jawabku enteng sambil menikmati makanan tersebut. Kak Natasha
langsung mendekatku lalu berbisik “Mendingan jangan deh! Kan kamu sudah tau
sendiri kalau…”
“Aku sudah bilang kok ke Kak
Fuma, Kaktanya boleh!” Kak Natasha langsung menatap orang yang didepanya itu
yang sekarang masih meminum kopinya. “Hei! Kenapa adiku saja yang dibolehin?”
“Adikmu itu lebih berbakat acting,
jadi kalau keluar ia bisa menyamar, sedangkan kamu?” katanya sambil menatap Kak
Natasha sinis. “Apa kamu bilang…?!”
“Sudah, sudah. Aku belum selesai
ngomong! tadi Papa telpon tentang pertunangan Kakak”
“Pertunangan?” tanya Kak Natasha
lalu mendekati kembali ke adiknya. “Katanya Mama maunya Pertunanganmu itu di
Jakarta, gimana pada setuju tidak?”
“Heh yang benaran kamu?”
“Kalau tidak percaya tanya aja
sendiri. Tadi Papa mau telpon Kakak, eh ternyata HPmu mati, jadi gimana?”
Kak Fuma menurunkan cangkirnya,
lalu berkata dengan enteng. “Boleh saja!”
“Apa?! Terus pekerjaanmu?”
“Tidak perlu khawatir, aku bisa
mengatasinya. Kapan kita berangkat?” tanya Kak Fuma kepadaku. “3 hari lagi
sebelum aku masuk sekolah.” Kataku lalu membereskan makan, dan menyucinya di
wastafel. “Aku kembali dulu ya!” kataku lalu berjalan sambil ke kamar, tapi
sebelum itu aku bersembunyi, karena mereka berdua lagi ngomongin tentang
undangan tersebut.
“Hei kamu dapat undangan itu
juga?” tanya Kak Fuma sambil menunjukan undangan yang ada ditangan Kak Natasha.
“Iya! Aku disuruh datang untuk mewakili atas penghargaan yang diberikan kepada
animasi yang dibuat oleh perusahaan kita, kenapa?”
“Tidak apa –apa! Awas ya kalau
kamu minta tumpangan!”
“Yeee…, tidak akan!” kata Kak
Natasha sambil mengeluarkan lidahnya kepada Kak Fuma. Aku langsung ke kamarku
dengan sembunyi – sembunyi agar mereka berdua tidak mengetahui kalau aku
mengeping mereka. Saat aku sudah dikamar, aku berpikir keras agar Kak Natasha
dan Kak Fuma tidak melihatku saat Acara itu berlangsung.
~O~O~O~
Pagi itu, aku sedang menonton di
ruang TV. Aku kembali ke kamarku untuk mengambil HPku yang tertinggal, saat
naik, aku tidak sengaja meliihat Kak Fuma sedang menelpon dengan seseorang di
kamarnya yang tidak jauh dari kamarku. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?”
tanyanya, yang membatku mempertajam indra pendengaranku.
“Sudah kubilang! Jangan ikut
campur dengan urusan orang lain!” teriaknya sambil menutup sambungan telponya,
lalu mengambil amplop warna coklat yang ada di lacinya, dan kembali mengembalikanya.
Saat menyadari bahwa Kak Fuma akan keluar, dengan cepat dan tidak bersuara, aku
langsung masuk ke kamarku, dan menutup pintu kamar dengan pelan. Saat sudah
aman aku membuka kembali pintu kamar sambil membawa HPku, dan ternyata saat
kubuka sudah ada Kak Fuma yang ada didepanku.
“Dimana Natsuki?” tanya-nya.
“Sudah berangkat kerja” jawabku
seolah – olah aku tidak melihat pembicaraan tersebut. “Kapan kamu akan pergi?”
“Jam 11” jawabku dengan cepat “Kalau
begitu, aku pergi dulu, jangan lupa kunci saat kau pergi, mengerti?” aku
langsung mengangguk. Setelah melihat kalau Kak Fuma benar – benar sudah pergi,
aku langsung pergi ke kamar Kak Fuma. Awalnya aku tidak jadi, tapi rasa
penasaranku lebih kuat dari pada pikiranku, akhirnya aku masuk dengan perasaan
gelisah.
Saat kumasuk, aku membuka laci
yang tadi Kak Fuma buka. Akhirnya aku menemukan amplop coklat tersebut, aku
melihatnya sekilas sambil tak balik, dan ada kertas jatuh dari amplop tersebut.
aku mengambilnya, dan tanpa sengaja aku membaca Judul kertas tersebut. akupun
langsung membaca semua isi surat tersebut. kali ini aku tidak bisa bergerak
kemanapun. Aku terpaku sambil melihat judul surat tersebut.
“Surat pengunduran diri?” itulah
judul yang tertulis disurat tersebut.
“Kenapa Kak Fuma mengundurkan
diri menjadi Idola?”
~~~~~~~
Chinatsu : Aku kembali dengan
cerita aneh, hahaha… sebelumnya aku tak bermaksud menyatumkan anggota Sexy Zone
menjadi karakter didalam cerita ini, apalagi Fuma-kun.. tapi aku benar – benar tidak
bisa menemukan nama untuk jadi artis didalam cerita ini. Oh Iya! Aku baru
ingat! Di dalam cerita ini Fuma berusia 25 tahun, Kento 26 tahun, Shori 19
tahun, Sou 18 tahun, dan Marius 15 tahun.
Sekilas aku membaca kembali cerita ini, kok sepertinya jadi Fanfic ya?, tapi menurutku ini cerita tetap Fiction kok! (Emang Fiksi) Ok tunggu Chapter 3!
Sekilas aku membaca kembali cerita ini, kok sepertinya jadi Fanfic ya?, tapi menurutku ini cerita tetap Fiction kok! (Emang Fiksi) Ok tunggu Chapter 3!
Komentar
Posting Komentar